Kamis, 18 Oktober 2012 - 0 komentar

seharusnya ...

wanita cantik bukan hanya dilihat dari wajahnya, namun karena budi pekertinya

manisnya wanita tidak hanya dilihat dari senyumannya, namun karena iman yang ada pada dirinya

bahkan wanita indah bukan hanya dilihat dari gayanya, namun karena Maruah dan aurat yang dijaga serta pada kebaikan Akhlanya .

seharusnya :)

so, don't judge somebody else from the cover 




Sabtu, 06 Oktober 2012 - 0 komentar

Asuhan neonatus. masalah pd BBL diare & milliarisis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
1.1 LATAR BELAKANG
Ruang lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita meliputi lima (5) aspek yaitu Asuhan pada Bayi Baru Lahir Normal, Bayi Baru Lahir Bermasalah, Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Bawaan, Bayi Baru Lahir dengan Trauma, dan Neonatus Beresiko Tinggi.
Sebagai seorang bidan, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun yang memiliki kelainan (masalah). Dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir diantaranya bayi baru lahir dengan masalah diare dan miliariasis/sudamina/liken beserta dengan penatalaksanaannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4. Apakah yang dimaksud dengan miliariasis?
5. Apakah yang menyebabkan miliariasis tersebut?
6. Bagaimana penatalaksanaan miliariasis?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuata
n makalah ini adalah untuk mengetahui tentang diare dan miliariasis, mulai dari pengertian, penyebab, dan penatalaksanaannya. Selain itu, dengan pembuatan makalah ini diharapkan para mahasiswa DIII Kebidanan dapat mengerti dan mampu menangani masalah-masalah tersebut bila kelak terjun ke lapangan.
BAB II
ISI
1.      DIARE
a.      Pengertian
      Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)

b.      Penyebab diare :
1. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
2. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene        dan sanitasi yang buruk
3. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
4. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
5. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
6. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
7. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
8. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
9. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
c.       Jenis diare :
1.    Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
2.    Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
3.    Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun      disentri
d.      Tanda dan gejala
1.    Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti       muntah dan diare.
2.    Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
3.    Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
4.    Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),           ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
5.  Pucat anus dan sekitarnya lecet
6.    Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
7.    Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
8.    Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
9.    Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
e.       Komplikasi
1.    Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
2.    Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
3.    Penurunan berat badan dan malnutrisi
4.    Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
5.    Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
6.    Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
7.    Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam        tubuh)
f.       Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
1.       Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang < 50    ml/kgBB
2.       Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90%         ml/kgBB
3.       Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
g.      Penatalaksanaan
1.      Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
2.      Terapi rehidrasi
3.      Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
4.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
5.      Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
6.      Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
2. MILIARIASIS/SUDAMINA/LIKEN TROPIKUS/BIANG KERINGAT
a. Pengertian
            Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
b. Faktor penyebab
1.       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
  1. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
  2. Aktivitas yang berlebihan
  3. Setelah menderita demam atau panas
  4. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
Patofisiologi
Dengan diawali tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat, lalu disusul dengan timbulnya radang dan odem akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
c. Bentuk miliariasis
            Miliaria kristalina
1.       Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
  1. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
  2. Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
  3. Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
  4. Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
            Miliaria rubra
1.       Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
  1. Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
  2. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
  3. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
  4. Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
            Miliaria profunda
1.       Timbul setelah miliaria rubra
  1. Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
  2. Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
  3. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
  4. Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
  5. Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
  6. Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol
d. Penatalaksanaan
1.       Perawatan kulit yang benar
  1. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
  2. Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
  3. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
  4. Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir diantaranya adalah masalah bisul/furunkel dan miliariasis/sudamina/liken tropikus/biang keringat. Kedua hal ini disebabkan oleh kuman dan bakteri. Maka dari itu sebagai seorang bidan, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun yang memiliki kelainan (masalah) untuk menghindari terjadinya kedua masalah tersebut.
SARAN
Sebaiknya jangan memakaikan baju yang tidak bisa menyerap keringat pada bayi karena bayi mudah berkeringat, selalu memperhatikan tingkah laku bayi yang sedang bermain yang sering memasukkan benda-benda asing ke mulutnya yang dapat menyebabkan timbulnya masalah tersebut.




Jumat, 05 Oktober 2012 - 0 komentar

ngapain mengeluh?


          Masalah dalam hidup selalu datang silih berganti. Namun, bukan berarti kita terus mengeluh dan mengeluh, selalu mencari alasan kenapa hidup yang kita jalani tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan selama ini.
          Mencari alasan kenapa kita masih terus saja kalah dengan rival, mencari alasan kenapa kesuksesan masih saja hanya menjadi angan-angan yang belum juga teraih. Hal itu hanya wasting time, membuang-buang waktu, masa hidup kita hanya akan habis secara sia-sia.

“Kalau ingin sukses, lupakan banyak alasan, kalu banyak Alasan, lupakan Sukses.”

Alasan karena tidak punya waktu, alasan karena belum siap, dan nada-nada lain yang sejenis hanya akan menghambat kesuksesan kita. Sampai kapanpun sukses tak akan kita raih jika kita masih terus mengeluh dan banyak Alasan.  Kurangilah kebiasaan mengeluh dan menyalahkan keadaan. 

Banyak orang yang dulunya lebih susah darimu, tapi yang sekarang sukses. Jadilah pengubah nasibmu sendiri. kamu tak bisa meminta orang lain memberhasilkanmu. Inginkan yang indah, lakukan yang baik, lembutkan bicaramu, dan sayangilah segala sesuatu. Tuhan akan memuliakanmu.

jangan banyak mengeluh
dalam kehidupan ini kita selalu dihadapkan pada kondisi yang tidak kita harapkan terkadang. 


"Hidup adalah rangkaian pengalaman yang membuat kita semakin besar, meskipun terkadang sulit bagi kita untuk menyadarinya. ( henry Ford)” 

Tidak sedikit orang mengeluh dengan berbagai yang menimpa mereka. Dan biasanya, orang yang banyak mengeluh juga ahli dalam menyalahkan situasi atau orang lain.  Sifat seperti inilah yang akan menghambat kemenangan kita. 

"Lari dari masalahmu hanya akan menjauhkanmu dari penyelesaian masalahmu.”

well, intinya, jangan banyak mengeluh kalau mau sukses, jangan banyak mengeluh kalau mau bahagia . teruslah bersyukur atas segala sesuatu yang ada lantas kamu pasti akan bahagia . sedehana , itu saja :D


Senin, 01 Oktober 2012 - 0 komentar

OBSTIPASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Obstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang cukup banyak dijumpai pada neonatus, bayi, dan anak. Obstipasi diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya penurunan frekuensi atau berkurangnya defekasi. Pada sebagian besar kasus, biasanya bayi mengalami abdominal distension dan gagal mengeluarkan meconium dalam beberapa jam pertama kehidupan. Gagal BAB pada periode neonatal harus selalu dipertimbangkan sebagai merupakan suatu abnormal sampai terbukti itu merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara spontan mengeluarkan meconeum dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8 % BAB dalam 48 jam pertama.
Pada sebagian kasus sumbatan usus besar, biasanya tidak ada riwayat hydramnion, karena banyak cairan amnion yang ditelan bisa diserap dari bowel fetus bagian proksimal hingga menuju obstruksi. Bayi yang gagal BAB biasanya menggambarkan adanya suatu obstruksi mekanik atau fungsional, yang nanti berkembang dari bukti klinis dan radiografi. Bayi ini mungkin mengalami abdominal distension dan mual yang mengarahkan mungkin adanya obstruksi bowel. Bayi bisa saja pada awalnya membuang sejumlah kecil meconium, tapi setelah itu tidak membuang BAB.

B.     TUJUAN
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan - tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Secara terperinci tujuan dari penulisan ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian dari Opstipasi
2.      Mengetahui jenis – jenis opstipasi
3.      Mengetahui sebab opstipasi
4.      Mengetahui tanda dan gejala opstipasi
5.      Mengetahui penanganan opstipasi


C.    MANFAAT
a.         Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
b.          Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Opstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way =  perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Menurut data WHO, keluhan obstipasi dapat terjadi pada segala usia dari bayi sampai orang tua. pada bayi angka kejadian ini bisa mencapai 30-40% yang dapat mengalami masalah dengan keluhan obstipasi ini. Di Indonesia sendiri angka insidennya belum ada yang menjelaskan secara nominal tanpa melihat etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi parsial didapatkan 10-15% dari seluruh kejadian obstipasi. angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan penyebabnya memiliki frekuensi yang berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya.

B.     Jenis – Jenis Opstipasi
a.       Obstipasi  Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b.      Obstipasi  Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

C.    Sebab dari obstipasi
a.       Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.
b.      Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
c.       penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
d.      Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

D.    Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh
a.       Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
b.      Sakit dan kejang pada perut.
c.         Bayi sering menangis.
d.       Susah tidur dan gelisah
e.       Kadang-kadang muntah.
f.       Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
g.      Bayi susah/tidak mau menyusui.
h.      Bising usus yang janggal.

E.     Patofisiologi dan pathogenesis
Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut:
a.       Asupan cairan yang adekuat.
b.       Kegiatan fisik dan mental.
c.       Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi.
Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.

F.     Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
a.       Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partialAnamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial.   Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
b.       Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak.
Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum
c.       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :Pemeriksaan Hb, Pemeriksaan Urine dan pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
d.      Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays
dengan atau tanpa bahan kontras.Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
e.        Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi


G.    Penanganan Obstipasi
a.       Perawatan medis : meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mence gah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
b.      Operasi : untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
c.       Diet : pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapa diberikan makanan cair dan obat-obat oral.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Obstipasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh terhalangnya gerakan feses dalam usus. Obstipasa berbeda dengan konstipasi meski keduanya agak mirip. Obstipasi terbagi dua macam yaitu opstipasi total dan opstipasi parsial. Lakukan diagnosis dengan tepat dengan terleih dahulu menanyakan riwayat penyakit yang lalu. Tetapi penyembuhan dengan perawatan medis yang tepat, bila hal tersebut masih belum maksimal maka lakukan operasi dan diet.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/78403585/Obstipasi
http://vina-midwife.blogspot.com/2010/07/obstipasi-pada-neonatus.html
http://nursecaremine.blogspot.com/2012/07/asuhan-obstipasi-pada-bayi.html




- 0 komentar

MAKALAH BBL BERMASALAH ORAL TRUSH DAN DIAPER RASH


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sebagian besar bayi baru lahir dilahirkan dalam kondisi sehat, namun beberapa bayi dapat mengalami keadaan-keadaan yang membutuhkan pemeriksaan. Bayi baru lahir rentan terhadap beberapa penyakit daripada anak atau orang dewasa. Sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk sempurna untuk melawan bakteri, virus dan parasit.
Berdasarkan lokasinya, sariawan pada anak, baik itu bayi maupun balita, lebih sering terjadi pada bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Jarang sekali terjadi sariawan di gusi. Munculnya pun hanya satu, paling banyak dua. Tidak pernah berjejer seperti yang terjadi pada orang dewasa.
Ada beberapa jenis sariawan yang kerap terjadi pada anak. Di antaranya stomatitis apthosa, yaitu sariawan karena trauma, misalnya tergigit atau terkena sikat gigi sehingga luka atau lecet. Lalu, sariawan oral thrush/moniliasis, yang disebabkan jamur candida albican. Biasanya sariawan ini banyak dijumpai di lidah. Ada pula stomatitis herpetik yang disebabkan virus herpes simplek. Sariawan jenis ini berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

B.       Tujuan
1.    Mengetahui pengertian dari oral trush
2.    Mengetahui penyebab dan penanggulangan oral trush
3.    Mengetahui tanda dan gejala oral trush
4.    Mengetahui pengertian diaper rash
5.    Mengetahui penyebab dan penagulangan diaper rash
6.    Mengetahui tanda dan gejala diaper rash

BAB II
ISI

ORAL TRUSH (Penyakit Mulut Pada Bayi)

 

A.      Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.

B.       Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.

C.      Tanda Dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.
1.      Tanda
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.
Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas. Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
2.      Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.
Secara keseluruhan Gejala oraltrush yaitu :
1.      Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan.
2.      Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu.
3.      Mukosa mulut mengelupas.
4.      Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.
5.      Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6.      gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius.
7.      Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus.
8.      Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel.

D.      Komplikasi
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama
E.       Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
·       Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.
·       Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.
·       Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil mengalami sariawan.
·       Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah, pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di lidah.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan, lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
    
DIAPER RASH (RUAM POPOK)

a.       Pengertian
Diaper rash(ruam popok) merupakan akibat akhir karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik.
b.      Penyebab
a)      Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b)      Jarang ganti popok setelah bayi kencing
c)      Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas
d)     Akibat mencret
c.       Tanda dan gejala
a)      Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai erytema.
b)      Eropsi pada daerah kontak yang menonjol seperti : pantat,alat kemaluan,perut bawah dan paha atas.
c)      Keadaan lebih parah dapat terjadi : papitaerythematosa, vesicular, ulcerasi.
d.      Penatalaksanaan
a)         Daerah yang terkena diaper rush,tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering
b)        Untuk membersihkan kulit iritasi dengan menggunakan kapas halus yang  mengandung minyak
c)         Segera bersihkan dan keringkan bila anak ,kencing atau berak
d)        Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit/daerah yang iritasi
e)         Usahakan memberikan makanan TKTP dengan porsi yang cukup
f)         Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara    keseluruhan.
g)        Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat nya.
h)        Pakaian/celana yang basah oleh air kencing harus di rendam dalam air yang dicampur acidum boricum
i)          Kemudian di bersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci lansung di bilas dengan bersih dan keringkan.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Oral thrush dan diaper rash merupakan penyakit pada bayi yang di akibatkan karna daya tahan tubuh yang kurang baik dan lingkungan sekitar yang kurang terjaga kebersihannya.Oleh karna itu pentingnya peran orang tua dalam merawat bayi agar terhindar dari peyakit di atas karna sangat mengganggu kenyamanan bayi.

B.   Lampiran
1.      Oral Trush





2.      Diaper Rash