BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1.1 LATAR
BELAKANG
Ruang lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita meliputi lima (5) aspek
yaitu Asuhan pada Bayi Baru Lahir Normal, Bayi Baru Lahir Bermasalah, Bayi Baru
Lahir dengan Kelainan Bawaan, Bayi Baru Lahir dengan Trauma, dan Neonatus
Beresiko Tinggi. Sebagai
seorang bidan, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir
baik yang normal maupun yang memiliki kelainan (masalah). Dalam makalah ini
akan dibahas tentang beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir
diantaranya bayi baru lahir dengan masalah diare dan miliariasis/sudamina/liken
beserta dengan penatalaksanaannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4. Apakah yang dimaksud dengan miliariasis?
5. Apakah yang menyebabkan miliariasis tersebut?
6. Bagaimana penatalaksanaan miliariasis?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui tentang diare dan miliariasis, mulai dari
pengertian, penyebab, dan penatalaksanaannya. Selain itu, dengan pembuatan
makalah ini diharapkan para mahasiswa DIII Kebidanan dapat mengerti dan mampu
menangani masalah-masalah tersebut bila kelak terjun ke lapangan.
BAB II
ISI
1. DIARE
a.
Pengertian
Diare adalah
buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
b.
Penyebab diare :
1. Bayi terkontaminasi feses ibu yang
mengandung kuman patogen saat dilahirkan
2. Infeksi silang oleh petugas
kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene dan sanitasi yang buruk
3. Dot yang tidak disterilkan sebelum
digunakan
4. Makanan yang tercemar mikroorganisme
(basi, beracun, alergi)
5. Intoleransi lemak, disakarida dan
protein hewani
6. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella,
Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
7. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat,
lemak, protein)
8. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
9. Menurunnya daya tahan tubuh
(malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
c. Jenis diare :
1. Diare akut, feses sering dan cair,
tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
2. Disentri, terdapat darah dalam
feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
3. Diare persisten, berakhir selama 14
hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
d.
Tanda
dan gejala
1. Gejala sering dimulai dengan anak
yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare.
2. Feses mula-mula berwarna kuning dan
encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya
bertambah sering
3. Cengeng, gelisah, lemah, mual,
muntah, anoreksia
4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,
turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
5. Pucat anus dan sekitarnya lecet
6. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
7. Pada malabsorbsi lemak biasanya
feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
8. Pada intoleransi disakarida feses
berbau asam, eksplosif dan berbusa
9. Pada alergi susu sapi feses lunak,
encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
e.
Komplikasi
1. Kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
2. Syok hipovolemik yang dapat memicu
kematian
3. Penurunan berat badan dan malnutrisi
4. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium
dalam darah)
5. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium
dalam darah)
6. Hipotermia (keadaan suhu badan yang
ekstrim rendah)
7. Asidosis (keadaan patologik akibat
penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam tubuh)
f.
Tahapan
dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
1. Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5%
dengan volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
2. Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9%
dengan volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB
3. Dehidrasi berat, BB menurun lebih
dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
g.
Penatalaksanaan
1.
Memberikan
cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
2.
Terapi
rehidrasi
3.
Kolaborasi
untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
4.
Mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
5.
Memantau
biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
6.
Tidak
dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
2.
MILIARIASIS/SUDAMINA/LIKEN TROPIKUS/BIANG KERINGAT
a. Pengertian
Miliariasis adalah kelainan
kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair
yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
b. Faktor penyebab
1. Udara panas dan lembab dengan
ventilasi udara yang kurang
- Pakaian yang terlalu ketat,
bahan tidak menyerap keringat
- Aktivitas yang berlebihan
- Setelah menderita demam atau
panas
- Penyumbatan dapat ditimbulkan
oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
Patofisiologi
Dengan diawali tersumbatnya
pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat,
lalu disusul dengan timbulnya radang dan odem akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
c. Bentuk miliariasis
Miliaria kristalina
1.
Kelainan
kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit
kemerahan
- Vesikel bergerombol tanpa tanda
radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
- Umumnya tidak menimbulkan
keluhan dan sembuh dengan sisik halus
- Pada keadaan histopatologik
terlihat gelembung intra/subkorneal
- Asuhan : pengobatan tidak
diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik
serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
1. Sering dialami pada anak yang tidak
biasa tinggal didaerah panas
- Kelainan berupa papula/gelembung
merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal
dan pedih
- Staphylococcus juga diduga
memiliki peranan
- Pada gambaran histopatologik
gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan
pada kulit dan perifer kulit di epidermis
- Asuhan : gunakan pakaian yang
tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan,
ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol
0,25-2%
Miliaria profunda
1. Timbul setelah miliaria rubra
- Papula putih, kecil, berukuran
1-3 mm
- Terdapat terutama di badan
ataupun ekstremitas
- Karena letak retensi keringat
lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
- Tidak gatal, jarang ada
keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
- Pada keadaan histopatologik
tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau
tanpa infiltrasi sel radang
- Asuhan : hindari panas dan
lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan
pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol
0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol
d. Penatalaksanaan
1. Perawatan kulit yang benar
- Biang keringat yang tidak
kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
- Bila membasah, jangan berikan
bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
- Bila sangat gatal, pedih, luka
dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
- Menjaga kebersihan kuku dan
tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang lazim
terjadi pada bayi baru lahir diantaranya adalah masalah bisul/furunkel dan
miliariasis/sudamina/liken tropikus/biang keringat. Kedua hal ini disebabkan
oleh kuman dan bakteri. Maka dari itu sebagai seorang bidan, kita harus
terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun
yang memiliki kelainan (masalah) untuk menghindari terjadinya kedua masalah
tersebut.
SARAN
Sebaiknya jangan memakaikan baju yang tidak bisa menyerap keringat pada bayi
karena bayi mudah berkeringat, selalu memperhatikan tingkah laku bayi yang
sedang bermain yang sering memasukkan benda-benda asing ke mulutnya yang dapat
menyebabkan timbulnya masalah tersebut.