Kamis, 27 Desember 2012 - 0 komentar

SIKLUS HORMONAL


Seorang wanita untuk tumbuh dan berkembangnya alat reproduksisangat dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan olehglandula hypophyse dan ovarium.
Glandula Hypophyse
Hypophyse anterior menghasilkan 3 hormon yaitu:
a. FSH (Folikel Stimulating Hormon)
b. LH (Luteizening Hormon)
c. Prolactin (LTH=Luteo Tropic Hormon)

a. FSH (Folikel Stimulating Hormon)
FSH mulai ditemukan pada gadis usia 11 tahun dan jumlahnya terus bertambah sampai dewasa. FSH dalam jumlah besar ditemukan pada urine wanita menopause. FSH dibentuk oleh sel B (basophil) dari lobusanterior hypophyse. Pembentukan FSH akan berkurang pada pembentukan atau pemberian hormonestrogen dalam jumlah cukup maupun saat kehamilan. FSH dapat mempengaruhi folikel promodial yang berkembang dalam ovarium menjadi folikel de graaf yang dapat menimbulkan proliferasi padaendometrium.
b. LH (Luteinizing Hormon)
LH banyak ditemukan pada wanita menopause. LH bekerjasama dengan FSH menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel de graaf, penimbunan subtansi dari progesteron dalam sel granulosa. Apabilaestrogen dibentuk dalam jumlah besar, maka akan menyebabkan pengurangan FSH. Sedangkan produksi LH bertambah, sehingga akan tercapai suatu rasio produksi FSH dan LH yang dapat merangsang terjadinyaovulasi. LH juga mempengaruhi korpus luteum serta memproduksi estrogen dan progesteron yang menyebabkan kelenjar-kelenjar berleku-leku dan bersekresi.
c. Prolactin (LTH=Luteo Tropic Hormon)
Prolaktin hormon ditemukan pada wanita yang mengalami menstruasi. Prolaktin hormon terbanyak padaurin wanita hamil, laktasi dan post menopause. Prolaktin dibentuk oleh sel alpha (achidophil) dari lobusanterior hyphopyse. Fungsi hormon prolaktin adalah memulai dan mempertahankan produksi progesterondari korpus luteum, mempengaruhi proses metabolisme, dan merangsang pengeluaran air susu. Prolaktindiatur dan dirangsang oleh pusat hipotalamus yang menghasilkan gonadotropin releasing faktor danProlactin Inhibitory Hormon (PIH) yang menghambat produksi prolaktin.
Hormon-Hormon Ovarium
Hormon-hormon ovarium terdiri dari:
a. Esterogen
b. Progesteron
c. Relaxin

a. Esterogen
Esterogen menimbulkan proliferasi dari endometrium, juga menyebabkan timbulnya tanda kelaminsekunder dan menambah kontraktilitas uterus. Hormon esterogen berfungsi mengatur haid, pengobatanmenopause, memulai persalinan (kasus KJDK, serotinus), mempengaruhi produksi dari sekresi epitel vaginadan mendorong pertumbuhan dari basil doderlein (keasaman vagina).
b. Progesteron
Progesteron dibentuk oleh korpus luteum, setelah terjadi ovulasi dan plasenta. Kadar pregnandiol (metabolit dari progesteron dalam urin) paling tinggi dijumpai pada hari ke 20 dan ke 21 setelah menstruasi dan berkurang 2 hari sebelum menstruasi. Hormon progesteron berpengaruh pada uterus dan mammae.
Pengaruh progesteron pada uterus adalah sebagai berikut:
1. Endometrium akan bereaksi, kelenjar semakin panjang dan berkelok-kelok, sehingga endometriummenjadi tebal dan lembut sehingga memudahkan nidasi.
2. Pengaruh terhadap dinding uterus: mengurangi kontraksi dinding uterus dan mengurangi pengaruhoksitosin.
3. Pengaruh terhadap mammae adalah menyebabkan pertumbuhan dari acini dan lobulis glandula mammae, seperti yang dijumpai pada fase post ovulatoir dan selama kehamilan.
c. Relaxin
Hormon relaksin maksimum jumlahnya pada usia kehamilan 38-42 minggu. Hormon relaksinmempengaruhi pengenduran panggul, kelembutan serviks dan mendorong uterus untuk berkontraksi.
Referensi
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta.
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Fitramaya. Yogyakarta.
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. Jakarta.
Scott, J. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta.

LUSA.WEB.ID

- 0 komentar

Hipertensi Dalam Kehamilan


       Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, dalam Wylie).          Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya terdiagnosis melalui skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi pada komplikasi gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan selama kehamilan.

Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler Dalam Kehamilan
        Sistem kardiovaskuler selama kehamilan harus memenuhi kebutuhan yang meningkat antara ibu dan janin. Peningkatan curah jantung selama kehamilan berkisar 40% pada trimester pertama dan kedua (Murray dalam Wylie). Peningkatan curah jantung memungkinkan darah mengalir malalui sirkulasi tambahan yang terbentuk di uterus yang membesar dan dinding plasenta dan memenuhi kebutuhan tambahan pada organ lainnya di tubuh ibu.
        Jumlah dan panjang pembuluh darah yang dialirkan ke plasenta meningkat sehingga terjadi vasodilatasi sebagai akibat aktivitas hormon progesteron pada otot polos dinding pembuluh darah. Selama kehamilan terjadi peningkatan volume plasma darah hingga 50% dan jumlah sel darah meningkat hingga 18% untuk mengompensasi penurunan volume darah akibat pembentukan darah ekstra dan vasodilatasi (Blackburn dalam Wylie). Peningkatan volume plasma yang diimbangi dengan jumlah sel darah dan protein dalam darah yang bersikulasi dapat menyebabkan penurunan cairan pada kompartemen cairan interstisial dinding kapiler, sehingga mengakibatkan edema pada wanita hamil.

Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan
        Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut hipertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi obat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
a. Hipertensi esensial
b. Penyakit ginjal

Hipertensi Esensial
        Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala-gejala lain seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah, dapat disertai proteinuria dan edema.
        Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah: wanita hamil multipara dengan usia lanjut dan kasus toksemia gravidarum. Penanganan dilakukan saat dalam kehamilan dan dalam persalinan. Penanganan dalam kehamilan meliputi: pemeriksaan antenatal yang teratur; cukup istirahat; monitor penambahan berat badan; dan melakukan pengawasan ibu dan janin; pemberian obat (anti hipertensi dan penenang); terminasi kehamilan dilakukan jika ada tanda-tanda hipertensi ganas.

Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap kala persalinan; secsio sesarea dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk ibu dan janin kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah: pemakaian alat kontrasepsi bagi wanita dengan jumlah anak belum cukup.

Penyakit Ginjal Hipertensif
        Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan glomerulonefritis akut dan kronik; pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1% secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara: pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal; pemeriksaan retina; pemeriksaan umum; pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing dan pemeriksaaan darah lengkap. Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah: pemerilksaan antenatal yang teratur; pengawasan pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.

Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi esensial.
b. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
c. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
d. Pre-eklamsia.
e. Eklamsia.

a. Hipertensi esensial
Hipertensi pre-existing dikenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Hipertensi esensial sudah dibahas pada awal sub bab ini.

b. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension
Superimposed pregnancy-induced hypertension atau pre-eklamsia dapat terjadi selama kehamilan. Komplikasi dari hipertensi esensial diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengompensasi patologi penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrien ke jaringan dan organ tubuh. Komplikasi lain yang mungkin timbul antara lain: gagal ginjal; serangan vaskuler serebral (stroke); ensefalopati. Prognosis kondisi tersebut cenderung buruk.

c. Pregnancy-induced hypertension, PIH
Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH) adalah peningkatan tekanan darah setelah minggu ke-20 kehamilan. Penyebab PIH belum diketahui, akan tetapi telah dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta. Karena tekanan darah meningkat tanpa proteinuria, maka dapat menjadi indikasi bahwa tubuh tidak mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang berhubungan dengan hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin. Diagnosisnya apabila tekanan darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan atau 90 mmHg pada dua kali atau lebih pemeriksaan, atau selang 4 jam. Penatalaksanaannya diperlukan pengawasan yang cermat terhadap kondisi ibu dan janin. Pemeriksaan bagi ibu antara lain: pemeriksaan fisik lengkap; USG; laboratorium darah dan urin. Sedangkan bagi janin adalah pemeriksaan abdomen; USG; kardiotokografi.

d. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik, toksemia pre-eklamtik (TPE). Pre-eklamsia merupakan gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta.
Angka kejadian pre-eklamsia sekitar 6-8% dari semua kehamilan. Penyebab pre-eklamsia belum diketahui secara pasti. Pre-eklamsia ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90 mmHg, proteinuria dan edema pada wajah maupun tangan.
Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat. Komplikasi pre-eklamsia jangka pendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia; stoke; kematian ibu; HELLP; DIC; dan masih banyak lainnya. Penanganan pre-eklamsia sesuai dengan klasifikasinya.

e. Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi pre-eklamsia tanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-eklamsia. Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling beresiko adalah periode pascanatal. Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian; perdarahan serebral; edema paru; ARDS; gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko mengalami kejang berulang, sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan pemberian Magnesium Sulfat secara intravena.

Referensi
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi Dan Obstetri Patologi. Jilid 1. Jakarta: EGC. Hlm: 198-208.
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. Hlm: 88-89.
Scott, James. Danforth, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm: 202-213.
Wylie, Linda, 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC. Hlm:13-41.
Image, hothealthonline.com

LUSA.WEB.ID
- 0 komentar

Perubahan Sistem Reproduksi Pada Ibu Hamil -


Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan anatomi fisiologis pada sistem organ tubuhnya. Oleh karena itu, perlu disampaikan pada saat bidan memberikan pendidikan kesehatan sewaktu ibu melakukan kunjungan kehamilan. Pengenalan perubahan anatomi fisiologis tubuh selama kehamilan dapat mengadaptasikan ibu terhadap perubahan tersebut. Sistemreproduksi ibu salah satu sistem yang memegang peranan penting dalam kehamilan.
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis sistem reproduksimeliputi perubahan pada:

1. Vagina dan vulva
2. Servik
3. Uterus
4. Ovarium

1. Vagina dan Vulva

            Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat peregangan otot polos menyebabkanvagina menjadi lebih lunak. Perubahan yang lain adalah peningkatan sekret vagina dan mukosa vaginamemetabolisme glikogen. Metabolisme ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen. Peningkatan laktobasilus menyebabkan metabolisme meningkat. Hasil metabolisme (glikogen) menyebabkan pH menjadi lebih asam (5,2 – 6). Keasaman vagina berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri patogen.


2. Servik

         Perubahan servik merupakan akibat pengaruh hormon estrogen sehingga menyebabkan massa dan  kandungan air meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan edema, hiperplasia dan hipertrofi kelenjar servikmenyebabkan servik menjadi lunak (tanda Goodell) dan servik berwarna kebiruan tanda Chadwick. Akibat pelunakan isthmus maka terjadi antefleksi uterus berlebihan pada  3 bulan pertama kehamilan.


3. Uterus

         Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel. Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus antara lain:

Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;

Hiperplasia dan hipertrofi, dan

Perkembangan desidua


 Uterus bertambah berat sekitar 70 – 1100 gram selama kehamilan. Ukuran uterus mencapai umurkehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4000 cc. Perubahan bentuk dan posisi uterusantara lain: bulan pertama  uterus berbentuk seperti alpukat, 4 bulan berbentuk bulat, akhir kehamilanberbentuk bujur telur. Rahim yang tidak hamil/ rahim normal sebesar telur ayam, pada umur 2 bulankehamilan sebesar telur bebek dan umur 3 bulan kehamilan sebesar telur angsa.

 Selama kehamilan, dinding-dinding otot rahim menjadi kuat dan elastis. Fundus pada servik mudah fleksi disebut  tanda Mc Donald. Korpus uteri dan servik melunak dan membesar pasca umur kehailan minggu ke 8 yang disebut tanda Hegar. Sedangkan posisi rahim pada awal kehamilan adalah antefleksi atau retrofleksi, pada umur kehamilan 4 bulan kehamilan rahim berada dalam rongga pelvis dan setelahnya memasuki rongga perut.

Tinggi fundus uteri selama kehamilan:

Umur KehamilanTinggi Fundus Uteri
12 minggu3 jari di atas simpisis
20 minggu3 jari di bawah pusat
24 mingguSetinggi pusat
28 minggu3 jari di atas pusat
32 mingguPertengahan pusat dengan prosessus xifoideus
36 mingguSetinggi prosessus xifoideus
40 minggu2 jari di bawah prosessus xifoideus

4. Ovarium

Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm. Pasca plasenta terbentuk, korpus luteum gravidatum mengecil dan korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.


Referensi

Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya. Hlm: 55-57

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm: 35-36

Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Walsh, Winda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Hlm: 79-82

Image, telegraph.co.uk


by : Lusa .. :D
Kamis, 18 Oktober 2012 - 0 komentar

seharusnya ...

wanita cantik bukan hanya dilihat dari wajahnya, namun karena budi pekertinya

manisnya wanita tidak hanya dilihat dari senyumannya, namun karena iman yang ada pada dirinya

bahkan wanita indah bukan hanya dilihat dari gayanya, namun karena Maruah dan aurat yang dijaga serta pada kebaikan Akhlanya .

seharusnya :)

so, don't judge somebody else from the cover 




Sabtu, 06 Oktober 2012 - 0 komentar

Asuhan neonatus. masalah pd BBL diare & milliarisis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
1.1 LATAR BELAKANG
Ruang lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita meliputi lima (5) aspek yaitu Asuhan pada Bayi Baru Lahir Normal, Bayi Baru Lahir Bermasalah, Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Bawaan, Bayi Baru Lahir dengan Trauma, dan Neonatus Beresiko Tinggi.
Sebagai seorang bidan, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun yang memiliki kelainan (masalah). Dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir diantaranya bayi baru lahir dengan masalah diare dan miliariasis/sudamina/liken beserta dengan penatalaksanaannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4. Apakah yang dimaksud dengan miliariasis?
5. Apakah yang menyebabkan miliariasis tersebut?
6. Bagaimana penatalaksanaan miliariasis?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuata
n makalah ini adalah untuk mengetahui tentang diare dan miliariasis, mulai dari pengertian, penyebab, dan penatalaksanaannya. Selain itu, dengan pembuatan makalah ini diharapkan para mahasiswa DIII Kebidanan dapat mengerti dan mampu menangani masalah-masalah tersebut bila kelak terjun ke lapangan.
BAB II
ISI
1.      DIARE
a.      Pengertian
      Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)

b.      Penyebab diare :
1. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
2. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene        dan sanitasi yang buruk
3. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
4. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
5. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
6. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
7. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
8. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
9. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
c.       Jenis diare :
1.    Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
2.    Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
3.    Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun      disentri
d.      Tanda dan gejala
1.    Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti       muntah dan diare.
2.    Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
3.    Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
4.    Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),           ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
5.  Pucat anus dan sekitarnya lecet
6.    Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
7.    Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
8.    Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
9.    Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
e.       Komplikasi
1.    Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
2.    Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
3.    Penurunan berat badan dan malnutrisi
4.    Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
5.    Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
6.    Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
7.    Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam        tubuh)
f.       Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
1.       Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang < 50    ml/kgBB
2.       Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90%         ml/kgBB
3.       Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
g.      Penatalaksanaan
1.      Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
2.      Terapi rehidrasi
3.      Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
4.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
5.      Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
6.      Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
2. MILIARIASIS/SUDAMINA/LIKEN TROPIKUS/BIANG KERINGAT
a. Pengertian
            Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
b. Faktor penyebab
1.       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
  1. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
  2. Aktivitas yang berlebihan
  3. Setelah menderita demam atau panas
  4. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
Patofisiologi
Dengan diawali tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat, lalu disusul dengan timbulnya radang dan odem akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
c. Bentuk miliariasis
            Miliaria kristalina
1.       Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
  1. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
  2. Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
  3. Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
  4. Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
            Miliaria rubra
1.       Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
  1. Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
  2. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
  3. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
  4. Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
            Miliaria profunda
1.       Timbul setelah miliaria rubra
  1. Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
  2. Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
  3. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
  4. Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
  5. Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
  6. Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol
d. Penatalaksanaan
1.       Perawatan kulit yang benar
  1. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
  2. Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
  3. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
  4. Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir diantaranya adalah masalah bisul/furunkel dan miliariasis/sudamina/liken tropikus/biang keringat. Kedua hal ini disebabkan oleh kuman dan bakteri. Maka dari itu sebagai seorang bidan, kita harus terampil dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun yang memiliki kelainan (masalah) untuk menghindari terjadinya kedua masalah tersebut.
SARAN
Sebaiknya jangan memakaikan baju yang tidak bisa menyerap keringat pada bayi karena bayi mudah berkeringat, selalu memperhatikan tingkah laku bayi yang sedang bermain yang sering memasukkan benda-benda asing ke mulutnya yang dapat menyebabkan timbulnya masalah tersebut.