Kamis, 24 Mei 2012 - 0 komentar

skenario roleplay pengambilan keputusan :)





ABORSI

   A.    Pengertian Aborsi
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: 
1.         Aborsi spontan / alamiah 
adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun.  Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. 
2.         Aborsi buatan / sengaja
adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). 
3.         Aborsi terapeutik / medis
adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.  Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

   B.     Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah: 
1.         Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain
2.         Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak
3.         Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.
Data ini juga didukung oleh studi dari  Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius.
Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.



C.    Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu: 
1.      Aborsi dilakukan sendiri 
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.
2.      Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 
5 tahapan, yaitu: 
1.) Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan 
2.) Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 
3.) Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 
4.) Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5.) Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur   di tanah kosong, atau dibakar di tungku

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

   D.    Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa
dan langsung boleh pulang”. 
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1.   Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 
Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu: 
1.   Kematian mendadak karena pendarahan hebat 
2.   Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 
3.   Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.   Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 
5.   Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
      anak berikutnya 
6.   Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 
7.   Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 
8.   Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 
9.   Kanker hati (Liver Cancer)
10.  Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
      pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 
11.  Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 
12.  Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 
13.  Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)


2.   Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1.    Kehilangan harga diri
2.    Berteriak-teriak histeris 
3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
4.    Ingin melakukan bunuh diri
5.    Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
6.    Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Kasus : Dita dan Andre adalah sepasang remaja SMA yang sedang menjalin cinta. Keduanya terbelenggu dalam indahnya cinta yang semu. Keduanya berjanji sehidup semati dan menjaga cinta mereka. Namun dalam perjalanan cinta mereka, terjadilah hal yang tidak diinginkan. Dita dan Andre melakukan hubungan layaknya suami istri yang menyebabkan Dita hamil.
Pemain 
·      
Adegan 1
Dita       : “Andre, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
Andre   : “mau ngomong apa sayang?”
Dita terdiam sejenak sambil menundukkan kepala. Lalu dengan keberanian dia mengatakan hal yang mungkin tidak ingin Andre dengar.
Dita       : “Aku telat 3 bulan” (sambil meneteskan sedikit air mata dipipinya)
Andre   : “Maksud kamu apa sayang?”
Dita       : “Aku HAMIL Ndre!!” (tangis Dita pecah)
Andre   : “haha..Kamu bercanda kan sayang?” (merasa tak percaya dan mencoba meyakinkan apa yang baru saja dia dengar)
Dita       : “aku gak bercanda Ndre. Ini semua kenyataan.”
Andre   : “tapi itu gak mungkin terjadi. Kita Cuma ngelakuin itu sekali, jadi mana mungkin kamu bisa hamil secepat itu?”
Dita       : “aku juga gak tau kenapa hal ini bisa terjadi. Aku bingung harus gimana Ndre.” (Dita terus saja menangis)
Andre   : “aaaaa…kamu jangan menangis terus dong Ta, aku jadi tambah pusing.”
Dita       : “Aku gak mau anak ini, Ndre. Aku gak ingin semua ini terjadi. Kamu harus tanggung jawab.” (sambil menangis didepan Andre)
Andre   : “Ini bukan cuma tanggung jawabku tapi ini tanggung jawab kita berdua.”
Mereka berdua terdiam tanpa kata dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Andre   : “kita gugurin aja janin itu.”
Dita       : “apa? Gila kamu ya Ndre? Kamu harusnya tanggung jawab bukannya malah membunuh anak kamu sendiri.”
Andre   : “loh..bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak mau anak itu? Aku Cuma nurutin kanu karna aku juga gak mengharapkan anak itu ada.”
Dita       : “tapi kan bukan seperti itu caranya Ndre!”
Andre   : “sekarang kamu pikir baik-baik. Kita masih kelas 2 SMA, kita masih harus sekolah dan apa kamu mau kita berdua dikeluarin dari sekolah kalau kamu ketahuan hamil? Apa kamu juga mau merelakan waktumu untuk main hanya untuk mengurus anak yang gak kita harapkan itu?”
Dita hanya terdiam sambil menangis tersedu-sedu mendengar kata-kata Andre.
Andre   : “kamu pikirin baik-baik dan ambil keputusan sebelum perutmu membesar. Tapi aku mau kamu gugurin kandungan itu.” (Andre pergi meninggalkan Dita yang masih duduk terdiam tanpa tau harus bagaimana)
Adegan 2
Keesokan harinya. Dita menangis sendiri di dalam kelas dan datanglah sahabat terdekatnya, Sara. Sara mendekati Dita yang sedang menangis.
Sara     : “Dita, kamu kenapa menangis?”
Dita     : “Aku gak apa-apa kok Sar.”
Sara       : “gak mungkin kamu menangis tanpa sebab. Aku kenal kamu udah lama dan aku tau gimana kamu kalau lagi ada masalah. Jangan coba bohong sama aku Ta.”
Dita       : “kamu benar Sar. Aku lagi ada masalah dan aku gak punya jalan keluarnya.” (Dita menangis sambil memeluk Sara)
Sara       : “gak ada masalah yang gak ada jalan keluarnya Ta. Ceritalah sama aku, siapa tau aku bisa bantu kamu.”
Dita       : “aku malu mau cerita sama kamu Sar. Aku merasa udah gak pantes jadi sahabat kamu.”
Sara       : “apa yang bikin kamu malu? Certain aja semuanya. Aku bisa terima apapun keadaan kamu dan kita tetep jadi sahabat selamanya.”
Dita       : “aku gak tau harus mulai darimana untuk menceritakan semua ini.” (sambil terus menangis)
Sara       : “pelan-pelan aja kamu ceritanya. Aku dengerin baik-baik kok.”
Dita terdiam sejenak dan mengatur nafasnya agar ia bisa menceritakan apa yang telah terjadi kepada sehabatnya itu. Dan perlahan Ditapun mulai bercerita.
Dita     : “aku melakukan itu.” (dita memulai ceritanya dengan sisa air matanya)
Sara     : “melakukan apa Ta?” (ekspresi bingung)
Dita       : “aku melakukan itu sama Andre. Aku melakukan hal yang seharusnya gak kita lakukan sebelum menikah.”
Sara       : “maksud kamu, kamu udah melakukan hubungan sex?” (kaget dan tidak percaya)
Dita       : “iya Sar. Aku khilaf, aku trbujuk rayuan setan, aku gak sadar udah sejauh itu Sar dan sekarang aku udah telat 2 bulan.”
Sara       : “apa? Telat 3 bulan Ta?” (sedikit berteriak)
Dita       :”pelan-pelan dong Sar, nanti pada tau. Iya Sara. Aku positif hamil.” (menangis tersedu-sedu)
Sara       : “ya ampun Ta, kenapa bisa jadi kayak gini? Terus apa yang mau kamu lakukan?”
Dita       : “Andre nyuruh aku gugurin kandungan ini, Sar.”
Sara       : “What?? Gila tu anak, udah dapet enaknya sekarang gak mau tanggung jawab.”
Dita       : “aku bingung Sar, aku gak tau harus gimana sama janin ini. Aku gak mengharapkan dia ada dirahim aku secepat ini tapi aku juga gak mau membunuh dia.”
Sara       : “gimana ya? Kalau udah kayak gini kamu harus cepat mengambil keputusan dan aku harap itu keputusan yan tepat untuk kamu, Andre dan jugajanin kamu.”
Dita       : “aku benar-benar bingung Sar. Andre ngotot minta aku gugurin kandungan ini.”
Sara       : “kamu jangan Cuma manut sama dia, kamu harus pikirin ini baik-baik. Kalau menurut aku, kamu harus tetap lanjutin kehamilanmu walaupun resikonya masa depanmu terancam.”
Dita       : “tapi Andre maksa aku Sar.”
Sara       : “udah gak usah ikutin kata dia. Besok kamu ikut aku ketempat tetanggaku, dia seorang bidan, insyaallah dia bisa bantu kamu menyelesaikan masalah ini.”
Dita       : “iya Sara. Makasih banget ya.”
Sara       : “iya Ta, sama-sama. Aku udah anggep kamu kayak saudaraku sendiri jadi apapun kesulitanmu jangan sungkan ngomong sama aku.”
Keduanya berpelukan dan bel masukpun berbunyi tanda dimulainya pelajaran hari itu.
Adegan 3
Keesokan harinya adalah hari minggu. Sara mengajak Dita pergi ke rumah seorang bidan yang rumahnya tidak jauh dari rumah Sara. Awalnya Dita ragu, namun Sara berusaha untuk meyakinkan Dita dan akhirnya Dita mau menuruti saran darinya.
Dita       : “kamu yakin ngajak aku kesini?”
Sara       : “yakin banget Ta. Kamu gak usah malu dan canggung sama bidan Mala.”
Kemudian Sara mengetuk pintu rumah bidan Mala.
Sara       : “selamat siang bu bidan.”
Bidan    : “selamat siang Sara. Ayo silahkan masuk.”
Sara       : “iya bu.”
Bidan    : “sini silahkan duduk.”
Sara       : “terimakasih bu.”
Bidan    : “bagaimana Sara, apa yang bisa ibu bantu?”
Sara       : “begini bu, sebenarnya teman saya yang ingin konsultasi sama ibu. Dia baru ditimpa masalah bu.”
Bidan    : “oyaya…siapa nama kamu mbak?”
Dita       : “nama saya Dita, bu bidan. Saya teman sekolahnya Sara.”
Bidan    : “bagaimana mbak Dita, apa yang bisa ibu bantu? Ada keluhan apa?”
Dita       : “saya malu bu mau cerita sama ibu. Masalah saya ini terlalu memalukan untuk diceritakan.”
Sara       : “Dita, jangan bilang kayak gitu dong. Udah cerita aja sama bu bidan. Beliau lebih tau hal yang kamu alami sekarang.”
Dita       : “iyaiya,Sar. Sebentar to, aku belum siap.”
Bidan    : “yasudah kalian jangan rebut. Sekarang minum dulu dan tenangin pikiran kamu, saya bisa menunggu sampai kamu siap untuk cerita sama ibu.”
Dita       : “iya bu, terima kasih.”
Setelah mereka meminum minuman yang diberikan Bidan Mala dan menenangkan pikiran, akhirnya Dita siap untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya kepada bidan Mala.
Bidan    : “gimana Dita, udah agak tenang?”
Dita       : “iya bu, sudah lumayan tenang.”
Bidan    : “bagaimana, apa yang sedang kamu alami?”
Dita       : “jadi begini bu, saya sudah telat 3 bulan dan kemarin saya cek ternyata positif.” (Dita mulai menitikan air mata)
Bidan    : “ya,lanjutkan ceritamu Dita.”
Dita       : “saya sebenarnya tidak ingin anak ini ada dirahim saya secepat ini bu, walaupun saya tau ini karena kekhilafan saya dan pacar saya, tapi saya tetap tidak ikhlas menerima kehadiran anak ini. Saya masih ingin sekolah bu, saya masih ingin melanjutkan masa depan saya.” (Dita sesenggukan karena tangisannya tertahan)
Bidan    : “iya, saya tau bagaimana perasaan Dita. Tapi Dita tidak boleh menolak kehadiran anak itu.”
Dita       : “sebenarnya saya sedang bingung bu, kemarin pacar saya meminta saya menggugurkan kandungan ini dan dia sangat ngotot bu. Saya tidak ingin jadi pembunuh tapi saya juga tidak ikhlas menerima dia, saya masih ingin menikmati masa muda saya seperti Sara dan teman-teman saya yang lain bu. Sekarang saya harus bagaimana bu? Saya bingung dan gak tau harus bagaimana.”
Bidan    : “sabar Dita, saya paham betul apa yang sedang kamu alami sekarang. Jangan bingung dan jangan putus asa. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Tuhan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.Semua ini sudah terjadi dan kenyataan ini harus kamu hadapi dengan ketegaran hati. Sekarang, apa kamu udah memikirkan apa yang terjadi bila anak dalam kandungan itu kamu gugurkan seperti keinginan pacarmu dan juga apa yang terjadi bila kamu mempertahankan anak itu?” (sambil duduk mendekati Dita)
Dita       : “iya bu, saya sedang berusaha tegar dengan kesabaran saya. Saya belum memikirkan semua itu bu, saya masih bingung mengambil keputusan yang terbaik.”
Bidan    : “begini Dita, mungkin sekarang kamu sedang dalam posisi yang sulit tapi kamu bisa mengatasi semua ini dengan berbagai pertimbangan yang dapat membuat keadaan lebih baik. Semua ini sudah terjadi, telah ada janin dalam rahim kamu dan sudah selayaknya kamu merawat janin itu hingga ia lahir. Walaupun kamu masih berusia cukup muda tapi sekarang kamu sudah menjadi calon ibu dan janin dalam rahim kamu itu sudah mempunyai hak untuk hidup. Jika kamu ingin menggugurkannya, maka kamu akan merebut hak hidupnya dan hal itu sangatlah tidak disukai atau bahkan diharamkan oleh Tuhan. Menurut kesehatanpun hal itu sangat tidak dianjurkan karena banyak resiko fisik dan mental bagi seseorang yang melakukan aborsi.”
Dita       : “lalu saya harus bagaiman ibu? Saya belum ikhlas menerima anak ini. Saya juga takut orang tua saya tau dan akhirnya kecewa.”
Bidan    : “Dita, ibu hanya memberikan sedikit penjelasan yang ibu harapkan bisa membantu kamu dalam mengambil keputusan. Kalau kamu tetap ingin menggugurkan kandunganmu, maka akan ada resiko untuk kesehatan fisik dan mentalmu. Kamu bisa saja mengalami kematian akibat perdarahan yang hebat atau pembiusan yang gagal. Bukan hanya itu, kamu juga bisa mengalami rahim yang sobek, kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada  anak berikutnya, kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) , kanker indung telur, kanker leher rahim, kanker hati, kelainan pada placenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya dan bisa juga menjadi mandul, infeksi rongga panggul, dan juga nfeksi pada lapisan rahim.”

Dita       : “apakah sebegitu mengerikannya resiko yang akan saya terima bu bidan?”

Bidan    : “saya tidak menakut-nakuti kamu, Dita, tapi ibu hanya menyampaikan apa yang ibu tau. Sekarang coba kamu pikirkan, apakah kamu akan tenang jika janin itu berhasil kamu gugurkan? Apa kamu tidak akan merasa dihantui oleh anak itu?”

Dita       : “saya tidak tau bu, saya jadi takut menggugurkan bayi ini. Bagaimanapun juga dia anak saya bu. Tapi apa saya sanggup jika harus membesarkan anak ini dengan keadaan saya yang seperti ini? Sedangkan ayah dari anak ini tidak ingin anak ini bertahan di rahim saya.”

Bidan    : “Dita, kamu tidak perlu khawatir dengan hal itu. Kamu lihat disamping kamu sekarang. Kamu masih punya sahabat yang sangat baik dan mau membantu kamu dalam keadaan apapun. Kamu juga punya orangtua yang sangat saying sama kamu. Mereka gak akan mungkin tega membiarkan kamu menggugurkan kandunganmu walaupun hal ini terjadi karena kekhilafanmu.” (Sara tersenyum kea rah Dita)

Dita       : “apakah orangtua saya akan menerima keadaan saya yang seperti ini bu? Saya sudah membuat mereka sangat kecewa. Saya takut mereka tidak menganggap saya anak mereka lagi. Dan juga bagaiman sekolah saya bu?” (Dita kembali menangis)

Bidan    : “insyaallah hal itu tidak akan terjadi. Bagaimanapun keadaan kamu, kamu tetap anak mereka dan lambat laun mereka juga akan menerima anak dalam kandungan kamu sebagai cucu mereka. Bicaralah baik-baik pada mereka berdua, beri mereka penjelasan apa yang sudah terjadi padamu.dan masalah sekolahmu, kamu bias melanjutkan setelah anak itu lahir dan kamu bias tetap menggapai cita-citamu.”

Dita       : “baiklah bu Bidan, saya akan mencobanya dan saya akan berusaha mempertahankan anak ini. Apapun kendala yang akan saya hadapi saya akan mencoba menghadapinya.”

Bidan    : “iya, saya harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat untuk masa depanmu dan anakmu.”

Dita       : “iya bu bidan, terimakasih atas masukannya dan terimakasih sudah mau mendengarkan cerita saya ini.”

Bidan    : “iya Dita, sama-sama. Sudah kewajiban saya menjadi seorang bidan untuk membantu kaum wanita dan memberinya motivasi.”

Sara       : “yasudah kalau begitu terimakasih ya bu bidan. Maaf jika kami menyita waktu ibu.”

Dita       : “iya bu, sekali lagi terimakasih dan kami mohon pamit.”

Bidan    : “iya Sara, Dita. Kapan-kapan kesini lagi saja kalau ada hal yang ingin ditanyakan dan pesan saya janagn pernah putus asa dan jadilah wanita yang kuat.”

Dita       : “iya bu bidan. Selamat sore bu.”

Bidan    : “selamat sore, hati-hati di jalan ya.”

Dita telah mendapatkan penjelasan dari bidan Mala dan kini ia sudah yakin dalam menentukan keputusan yang akan ia ambil untuk masalahnya tersebut.


* * *

0 komentar:

Posting Komentar